X CODE FROM MARS
-FRIENDSHIP IS NEVER LIE-
Apakah kau percaya akan
sebuah impian?
Bagimu, apakah impian
sekedar celotehan anak SD yang menjawab pertanyaan gurunya tentang cita-cita
masa kecil?
Atau bagimu impian
hanya semacam bunga tidur, saat kau terbangun semuanya akan lenyap, yang
tersisa hanya kenangan sepertiga bagian mimpimu?
Itu semua ada
dipikiranku 5 tahun yang lalu, disaat aku belum menyadari betapa pentingnya
sebuah impian. Dan.. sebelum aku mengenal dirimu..penyemangat, sahabat, teman
bersandar, dan penyempurna mimpiku..
Semua cerita berawal dari impian, ataukah paksaan nasib
yang menggiring kita bertemu sosok yang memang ditakdirkan untuk kita, ataukah
pilihan itu yang mengubah nasib kita setiap hari. Pernahkah kita berfikir
apakah pilihan kita memang yang terbaik ataukah menggiring kita menuju takdir
yang sebaliknya?
Aku pun tak tahu,
seperti kita berargumen lebih dulu lahir ayam atau telor? Seperti ini pula
akhir jawaban pertanyaan ini,,tiada akhir yang pasti. Yang pasti semua berawal
dari langkah yang menuntun kita, kehendak dan hati yang membawa kita melangkah,
meski kadang terang kadang remang-remang ataupun gelap. Seperti lampu jalan
yang selalu memberikan cahaya nya tanpa pilih pilih , semua orang ditakdirkan
memiliki penerang jiwa masing-masing. Mari kita mulai kisah ini.
≠≠≠≠≠≠≠≠≠≠
XCODE
1
ZYA
Lantunan lagu korea
memenuhi ruangan berukuran 8x4m3 . Ditembok kamar mungil bercat biru itu
terpasang banyak poster artis korea dengan berbagai pose. Song joong ki
tertempel paling gagah dengan ukuran jumbo, disusul lagi dengan kim jisoo
berpose memiringkan muka sambil berjongkok di depan tangga disebuah bangunan
kota yang berlatar belakang gedung pencakar langit. Tak mau kalah pose Lee Jong
Suk yang sedang tersenyum bagai bunga sakura yang sedang mekar, dengan tanggannya
yg memegang bibirnya yang sexy. Di ruangan sempit yang kecoak pun enggan
beranak pinak disitu , ada seorang gadis berwajah oriental yang sedang sibuk
memindahkan kursor laptop nya. Matanya bahkan hampir tak pernah berkedip sejak
sejam yang lalu ia asyik memainkan jemarinya diatas keyboard sambil tersenyum
senyum seperti orang sinting, mungkin lebih tepatnya orang gila yang sedang
berhalusinasi. Bagi gadis ini sebut saja Zya , yang sesungguhnya tak bisa
dikategorikan dengan pas sebagai sosok seorang gadis. Dengan rambut sebahu,
celana jeans bellel, serta kaos oblongnya banyak yang mengira dia adalah
seorang laki-laki. Terlebih lagi dengan topi yang setia menempel dikapala nya
berhari hari, bahkan seminggu malahan berbulan bulan. Dari kriteria untuk
menyebut gadis dia jauh dari ideal, dengan hobinya yang sungguh tak masuk akal.
Dia sudah meguasai taekwondo, hapkido sejak usia SMP. Sudah banyak penghargaan
yang ia dapatkan dengan sembunyi sembunyi di belakang ayahnya. Dari hobby nya
yang anti mainstream adalah,,rahasia paling berharga dalam hidupnya, membuat
dia sedkit menjadi wanita adalah
kenyataan bahwa Zya wakil ketua seorang dari fanbase artis korea di
indonesia,,sebut saja dengan inisial exo. Dari layar laptopnya tampak sebuah
situs fanbase yang bertuliskan “we are one” EXO L. dengan cekatan ia menuliskan
komentar di setiap postingan foto yang dilihatnya. Terpampang 9 cowok berwajah
imut imut dengan perawakan tinggi kurus berkulit putih mulus..kalau dibayangkan
lebih mirip model bintang opera sabun mandi.
“oppa jinca ceoroyo,
saranghae D.O ssi”
Ooh daebak, oppa neomu
bogosipta , berbagai komentar ia tuliskan
Bagi orang kebanyakan
itu lebih mirip Sebuah bahasa aneh , semacam
kode sandi yang diberikan alien sewaktu ia pergi kebumi dengan piring terbangnya
dan menuliskan sandi sandinya dengan membentuk crop circle yang sampai sekarang
belum diketahui maknanya. Bagi Zya sebuah fanbase adalah tempat yang paling
menyenangkan, ia bisa menemukan orang dengan pikiran dan kesukaan yang sama.
Tiap jam dalam hidupnya tak pernah ketinggalan berita dari Korean artis
favorite nya, dari mereka upload foto mereka di instagram , tidak bisa disebut
foto wajah kadang hanya gambar pemandangan. Sebagian orang menganggapnya aneh.
“Ayah , selamat pagi”
“selamat pagi Zya, ayah
pagi ini masak nasi goreng special”
“Special pake gosong ya
yah”
“hahaha, lebih pas kalo
disebut kebanyakan kecap Zya, kamu mau mencobanya”?
“ayah, terima kasih,
lebih mending Zya berangakat daripada kelamaan disini dan dipaksa makan makanan
ayah bisa bisa aku mencret yah?
Sambil mengambil
selembar roti tawar zya pergi dan
melambaikan tangan.
“dasar anak itu” ucap
ayah sambil tersenyum ramah
Ayah sejak kecil
merawatku sendirian, saat itu aku berumur 6 tahun. ibu meninggal karena sebuah
kecelakaan mobil di daerah Arizona, AS. Sampai umur 10 tahun aku bersama ayah
tinggal disana. Semakin hari ayh semakin mrung dan pendiam semenjak ibu pergi.
Ia lebih suka melukis diruang kerjanya sendiri sampai larut malam. Dulu di AS
ayah seorang dosen universitas jurusan seni di Massachusetts Institute of Technology (MIT). Sedangkan ibu aku
tak tahu. Ayah tak pernah menceritakannya. Mungkin kenangan itu sangat
membuatnya terluka. Bahkan untuk diceritakan padaku, ZYA, anak semata wayang
yang sudah tumbuh remaja.
Dunia sekolah mempunyai
sebua romantika remaja. Bagi seorang mahasiswi dengan peringkat kelima
terbawah, romantika remaja itu hanyalah omong kosong. Zya menyadari hal ini
setelah belajar sehari semalam untuk midtest. Hidup sungguh tak adil. Anak-anak
yang berprestasi dalam akademis memang terlahir blirian. Dan bukan hanya itu di
olahraga mereka juga bagus kepribadinya bagus pula. Mereka cantik, tampan, dan
juga kaya. Inilah kenyataan yang menyedihkan bahwa tidak ada yang sukses dengan
mudahnya bagi mereka yang berasal dari keluarga sederhana. Jadi, Zya berada
dalam piramida rantai makanan yang berada di urutan paling bawah.
“Pagi Rion?” sapa zya
dengan menepuk bahu shabatnya
“hai Zy, mau minum ?
rion menyodorkan sekotak susu stroberi pada Zya
“terima kasih, kamu
memang yang paling ngerti aku” sambil meninju perut rion
“Zya ,oh sakit, bisa
tidak kamu lebih lembut sedikit” sambil memegangi perutnya
“ maaf, memang sengaja,
dia kabur sambil berlari
“Zya tunggu, mau kuberi
pelajaran ya? Sambil memegang tangannya dengan tangan siap menggelitiki
“oh tidak, trima kasih”
jawab zya
mereka berlarian
dikoridor kampus seperti mereka masih kelas SD dulu. Semua belum berubah
walopun waktu telah bergulir dengan cepatnya. Masih seperti 10 tahun yang lalu
Rion dengan sabarnya meladeni Zya yang ceroboh, begitu juga zya yang selalu
membantu rion saat dihajar geng sekolahnya. Di sekolah Zy dikenal sebagai murid
ahli beladiri nomor satu versi perempuan. Saat cewek dikampus rebut dengan baju
apa yang akan mereka pakai besok, make up apa yang akan mereka pakai. Zya lebih
suka duduk berjam jam bersama rion dibangku taman kampusnya. Mereka lebih
sering bercerita tentang laut, semut, burung, dan bintang. Hal itulah yang
membuat Rion betah dengan Zya. Tak seperti perempuan kebanyaka, zya lebih suka
hal-hal yang real dan Rion sesorang sosok humoris yang membuat Zya selalu bisa
tertawa lepas.
Siang itu matahari tak
mau mengalah dengan awan, panas, sehingga seekor burungpun enggan bertengger di
pohon akasia yang rindang. Matahari sedang angkuh hari ini. Batin ZYa
“Zya” sapa rion sembari
menyenderkan punggungnya dikursi taman
“Ya Ri “ sambil melihat
kearah Rion
“kau tidak bosan
bersamaku terus, orang banyak menganggap aku orang yang membosankan?” Tanya
rion penasaran semabari menatap Zya
“tak pernah aku bosan
bersamamu Rion, kamu sahabat terbaikku, yang mau mengelap ingusku saat aku
nangis, yang mau jadi pundakku saat aku cape, bahkan kamu bisa jadi apapun dan
membuatku tertawa” jawab Zya sembari tersenyum
“ apa aku terlihat
menyedihkan bagimu” sambil menunduk rion sedikit kehilangan rasa percaya
dirinya
“ tidak, kamu sangat
menyenangkan, menyebalkan, dan membuat aku nyaman berteman denganmu slama ini,
bersamamu aku jadi kita karena itulah
aku jadi bersemangat” jawab Zya dengan mantap
“ trima kasih Zya”
“Trima kasih juga Rion
sudah mau berteman dengan seorang yang aneh sepertiku” zya tertawa
“mau jalan-jalan” rion
mengulurkan tangannya
“tentu , mau kemana
siang ini? Aku sedang malas kelas hari ini, membosankan.. ayo? Sambil menjabat
tangan rion. Mereka berjalan melenggang dengan tertawa lepas.
Malam ini cuaca tak
cukup bersahabat, tak satupun bintang yang mau menampakkan cahayanya. Rupanya
awan hitam begitu berkuasa malam ini. Rintik hujan mulai turun membasahi ranting
pohon tempat Rion bersandar. Ia sedang asyik duduk di bangku taman sambil
memegang laptop putih miliknya. Ia sedang serius membolak balikkan kursor. Ia
kali ini harus mengalah pada rintik gerimis dan menunda pekerjaan kuliahnya.
Sambil berlalari kecil ia memasukkan laptop ke tas punggungnya. “sial” ucapnya.
Diseberang jalan ada
minarket kecil yang masih buka. Rion memasuki teras toko itu untuk berteduh.
Sepertinya perutnya mulai protes malam ini, sudah seharian ia belum menyantap
makanan yang sesungguhnya. Rion harus kesana kemari mengerjakan tugas
jurnalistiknya yang rumit. Belum pula tugas fotografi sampingannya yang tak
kalah membuat kepalanya seakan mau pecah memuntahkan isi kepalanya.
Ia memasuki toko itu
dan memutuskan membeli mie untuk diseduh dan segelas kopi hangat. Dalam rintik
hujan rion menyantap hidangan malamnya.
Sudah sebulan lebih
belakangan ini rion mulai kerja
sampinganya sebagai fotografer panggilan. Semua pekerjaan fotografi bisa ia
kerjakan, mulai dari foto pernikahan, foto bayi sampai foto wildlife yang
sangat menguras tenaganya. Hidup sebagai mahasiswa sangat membutuhkan banyak
biaya, rion sangat menyadari itu. Ia belajar dari nol untuk memulai hidupnya
sebagai mahasiswa yang sangat rumit. Keluarga rion terbilang cukup kaya sebetulnya.
Rion keturunan Korea-Indonesia. Orang tua mereka bercerai sejak rion berumur 10
tahun. Rion dibawa ayahnya di korea sampai umur 15 tahun. Atas permintaan
ibunya, rion pindah ke Indonesia untuk melanjutkan sekolahnya sampai sekarang.
Sejak kecil rion menerima banyak ejekan karena ia halfblood. Tapi sekarang ia
sudah terbiasa. Life must go on rion, ia selalu menguatkan hatinya dengan
kata-kata itu. Belum sampai selesai ia menyantap hidangannya hp nya berdering
“hallo” ucap rion
Dari seberang sana seorang
wanita menjawab “rion, kamu dimana?
“ya, aku di minimarket
lagi makan, ada apa?
“bisa kamu bantu aku
sebentar’?
“ada apa?” tanyanya
penasaran
“ayahku pingsan, aku
tak tahu harus bagaimana? Terdengar suara tangisan dan kepanikan dari suaranya
“segera telpon ambulan,
aku akan segera kesana.”
“trima kasih Rion”
isaknya
Rion segera bergegas
pergi meninggalkan mie nya yang baru setengah dilahapnya. Ia membawa tas
punggungnya dan berlari kearah seberang jalan tempat ia memarkir mobilnya.
Dengan kecepatan penuh ia tancap gas kerumah zya. “ia pasti sangat panik,
pikirnya dalam hati.
Tak berselang lama rion
sampai dirumah Zya.
“zy, kamu baik-baik
saja, ada apa sebenarnya
Ayah pingsan rion, aku
tak tahu kejadiannya bagaimana,
Dimana ayah?
Sirine ambulans
berbunyi, ayah zya dibawa bersama ambulans. Rion dan zya mengikuti ambulans itu
dengan mobil rion.
Zya ?
Ya, rion
Jangan menangis trus,
ayah pasti akan baik-baik saja, percayalah
Iya rion, trima
kasih…masih terlihat bekas air mata zia dipelupuk matanya. Rion tak tahu harus
berbuat apa. Ia tak tahu bagaimana caranya menenangkan zy. seumur hidupnya ia
kenal dengan zy baru pertama kalinya ia menangis dan sesedih ini.
Setibanya di IGD rumah
sakit ayah zya diperiksa oleh dokter. Untunglah tak lama berselang ayah zya
sadar. Ia mengalami serangan jantung, kata dokter. Untunglah ia segera dbawa ke
rs sehingga cepat mendapatkan pertolongan.
Ayah
Ya zya. Ayah sudah baikan
sekarang, jangan menangis anakku.
Ayah, zya berhamburn
memeluk ayahnya
Rion, terima kasih
telah menjaga zya
Ya sama sama om, semoga
om lekas sembuh.
Matamu sudah seperti
panda zy, berhentilah menangis, ledek rion
Kau ini rion..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar