Selasa, 08 November 2016

Kapalku Tak Pernah Jauh Meninggalkanku

Saat pertama kali bangun tidur apa yang slalu kau ingat?
https://ae01.alicdn.com/kf/HTB1ohGQMVXXXXa.XFXXq6xXFXXXp/2016-Rushed-Wall-Art-font-b-Painting-b-font-By-Numbers-font-b-Painting-b-font.jpg
Kata apa yang pertama kali kau ucap?
Hal apa yang pertama kau lakukan?
Semua hal itu tak penting bukan?
Seperti itu juga yang pernah aku rasakan
Ada perasaan yang sangat mengganjal dihatiku belakangan ini. Beberapa hari ini aku slalu tak sependapat dengan ibuku. Hal yang sangat remeh temeh pun kadang kami tak sependapat. Aku sering dan lebih suka tepatnya menyendiri dikamar. Aku masih butuh ruang untuk sendiri. Aku tak suka dicampuri apalagi diomeli oleh ibu. Aku bisa melakukannya sendiri. Dari hal terkecil dalam keluargaku ibuku yang mengurusnya. Dari hari senin ketika berangkat pertama ke sekolah setelah liburan panjang semesteran aku slalu kebingungan mencari dasiku, topiku, bahkan bukuku. Walauun dengan omelannya setiap pagi aku tahu dia begitu peduli padaku. Ya..aku sangat keras kepala saat itu. Sejak kecil aku selalu mendapatkan nilai yang bagus di sekolah. Orang tuaku tak pernah sekalipun membriku hadiah yang special walopun nilaiku selalu diatas rata-rata. Ya..ucapan selamat sudah cukup katanya. Kami belum begitu mampu memberikan hadiah yang bagus untukkmu katanya. Lagi pula taun depan kau juga akan mendapatkan nilai yang bagus lagi..ucap mereka.
Setiap tahun aku sudah terbiasa dengan kebiasaan itu, saat temanku yang lain mendapatkan hadiah dari orang tuanya, sepatu baru, tas baru, aku tak pernah mendapatkannya. aku hanya bergantian tas dengan kakaku. Betapa bodohnya aku, aku yang sangat itu begitu polos dibodohi kakakku yang amat sangat licik. Dia memberiku tasnya yang masih bagus, sebagai gantinya uang dari ibu yang akan kugunakan untuk membeli tas baru ia pakai untuk membeli tas barunya. Aku pun slalu menerimanya. Ya…aku lebih muda darinya..aku menerima itu. Kadang aku sangat iri melihat orang tua temanku yang begitu membanggakan anaknya. Aku..jangan Tanya. Aku tak pernah mendengar hal itu dari orang tuaku.  Hari itu saat ku duduk di kelas 4 sd. Semester 1  itu aku mendapat peringkat 4. Aku juga sangat kanget mendengarnya. Kau tau apa yang orang tuaku katakan. Mereka bertanya mengapa nilaiku bisa trun, apa kau tak belajar, besok harus lebih baik. Apa mereka tak tahu bahwa anak mereka slalu berjuang sendirian. Aku tak pernah ikut les ato bimbingan apapun. Aku belajar sendiri. Dengan kemampuan sendiri aku meraih tahap demi tahap kehidupanku..ayah ibu aku sangat ingin dibanggakan olehmu, andai kau tahu itu. Siang itu aku menangis dikamar sendiri, sebelumnya aku sudah marah-marah dirumah. Siapun yang menggangguku aku akan memarahinya. Walopun sebenarnya mereka tak salah. Aku sangat temoeramental ssat itu, kepribadianku juga tak terbilang bagus. Aku lebih suka diam, menyendiri, nonoton tv. Sebenarnyakau angat jarang belajar, aku belajar seperlunya dan dalam waktu yang singkat. Aku sungguh tak suka belajar. Mungkin aku dititipi kemamuan lebih saja dalam  hal ingatan sehinnga aku hanya perlu membuka ulang peajaran yang pernah guruku terangkan dan aku akan manghapalnya dengan mudah. Aku bukan jenius, Cuma aku pandai menghapal. Hanya itu. Aku marah pada diriku karena nilaiku begitu turun, marah akan kedua orang tuaku, marah oada kakakku yang berisik. Aku sungguh tak suka hari itu. Saat dimana aku berada di dalam zona tidak amanku. Sseseorang yang aku harapkan selalu mendukungku, mereka hanya menuntutku mendapatkan yang terbaik tanpa mau tau apap persaanku saat utu, dan apa yang aku inginkan sebenarnya dari mereka. Aku hanya butuh pujian tak lebih. Hadiah..aku tak butuh itu. Aku sadar posisi
Aku lulus sd dengan nilai yang bagus, tanpa kesulitan aku masuk SMP favorite tanpa susah payah, kakakku yang mengantarkanku saat itu. Orang tuaku tak tahu sekolahan apalagi jalan di kota. Mereka orang desa yang takut bepergian. Aku paham. Aku dan kakak sudah dibiasakan mandiri. Aku hanya mendapatkan epuluh besar dikelas. Aku  pendiam tak banyak bicara. Cinta pertamaku ku temukan saat SD. Dan saat SMP aku bertemu seseoranga yang menyukaiku. Aku tak suka. Dia begitu mengganggu. Aku suka sendiri. Aku tau aku selalu terbiasa hidup menyendiri aku tak suka seseorang memasuki kehidupannku. Apalagi oang asing. Aku mulai berusaha membuka diri hingga SMA . aku mulai suka mengobrol bercerita dan bercanda. Tapi dirumah , aku masih sama seperti yang dulu. Kamar adalah tempatku yang paling aman. Aku lulus SMA dengan nilai yang lumayan. Aku semakin malas belajar, sesungguhnya belajar bagiku adalah mengingat. Aku sudah muak melakukan itu. Aku mulai mendaftar kuliah, aku gagal sekali dalam tes umum masuk perguruan tinggi negeri. Gagal juga dalam perguruan tinggi kedinasan. Apa aku sedih? Jawabnnya tidak. Aku tak pernah melakukannya dengann serius. Belajar ujian masukun aku tidak. Senjata terakhirku adalah masuk ke sekolah kesehatan negeri, bagaimanapun juga orang tuaku tidak akan mampu membiayaiku jika aku masuk  sekolah swasta. Mau tak mau aku belajar kali ini. Oh sungguh menyebalkan. Aku lulus kali ini. Aku masuk jurusan keperawatan waktu itu dengan tes tulis umum
 Apa kau tau impianku ingin jadi apa? Waktu itu aku sungguh tak pernah bermimpi ingnin jadi apa. Aku hanya  menjalani hidupku saja. Apa yang ada didepanku ku jalani. Aku tak pernah pusing-pusing memikirkan hal yang beum terjadi. Memusingkan kepala saja. Aku memang sedikit arrogant dengan sikapku. Kau pasti akan tertipu dengan penampilanku dan sikap luarku. Aku mungkin terlihat bahagis diluar tapi apa kau tau aku selalu murung di dalam hatiku, seperti ada ruang kosong dan gelap disitu. Tak ada cahaya sedikitpun. Begitu sepi dan sunyi. Aku begitu suka kedamaian, jangan pernah menggangguku, itu yang ada dalam hatiku saat itu. Nilai kuliahku selalu bagus. Mendapat beasiswa untuk menopang hidupku dan semua tugas yang begitu memuakkan.  Aku sedikit malas dengan jurusanku ini.
Aku selalu dipaksa menghapal.  Dan aku terpaksa melakukannya sekali lagi karena aku tau orang tuaku tak mampu mebayar kuliah di universitas yang lain, aku berusaha mendapatkan beasiswa untuk membantu mereka. Kakakku.. aku belum menceriataknya padamu. Ia musuh terbesar dalam hidupku yang ingin aku basmi dengan peptisida seperti hama. Ia tak andai belajar, ia selalu mati matian belajar setiap kali ada ulangan sampai begadang semalaman. Jangan tanyakan hasilnya setelah ia tes. Semua orang sudah tau hasilnya dengan ekspresinya begitu masuk rumah. Menangis,  tes nya pasti sulit. Marah, pasti dia tak bia mencontek. Dia begitu bekerja kers dengan nilainya. Kau mau tau rahasia kakaku. Ia membuat catata kecil kecil yang ia tulis..panjangnya sampai bercenti senti. Itu untuk menyontek, apa boleh buat katanya, ia tak akan sanggup menghapal materiya walaupun sudah semalam suntuk mencoba menghapal. Ia sangat berbeda dengan ku dalam hapalan..dia sungguh menyedihkan, tspi udsahanya adalah yang nmor satu dirumahku. Kalau sudah au tes jangan harap ada yang akan mengganggunya saat itu. Suara tv pun taK boleh terdengar..huft sangat menyebalkan, padahal saat itu aku sangat ingin mennton acara kartun favorite q. aku benci dia.  

Ayahku
Dia orang yang sangat pendiam, tak banyak berkomentar, tak punya ekspresi dank au asti sangat kaget bila ia marah. Semua orang pasti akan takut padanya. Ia seperti bom Molotov. Booom. Aku pun segan padanya. Aku jrang sekali berbicara dengannya. Hl yang membuatnya berbicara adalah saat nonton pertandingan bola atau olahraga. Aku dan dia satu tujuan saat itu. Dan aku dan ayah akan sangat berisisik kalau sudah berkomentar tentang pertandingan sepak bola.  Dan ibu adalah orang pertama yang akan memarahi kami berdua bila berteriak teriak semaunya. Ia akan pergi tidur setelah memarahi kami. Hanya waktu itu aku dan ayah mengobrol. Kami sama-sama pendiam  
Bersambung.....

Selasa, 01 November 2016

X CODE 2



X CODE 2



SEBUAH AWAL ATAU SEBUAH AKHIR?



 

Seluruh tubuhku dibasahi oleh peluh..Tidak..Aku tidak sedang olahraga. Keringat dingin ini segera menjalar diseluruh tubuhku. Tanganku mengusap peluh di dahi yang tak kunjung habisnya. Tangan dan kaki ku begitu gemetaran. Aku tak sanggup bangun . Aku hanya bisa terbaring diranjang kayu berukuran 2x1 m yang dingin ini. Aku memimpikan kejadian itu lagi. Mimpi itu lagi.
Sudah sebulan ini aku memimpikannya. Aku seperti dibawa ke sebuah lembah yang aku belum pernah mengunjunginya, kurasa itu bukan di wilayah Indonesia. Aku dapat merasakan angin yang berhembus disana. Kaki ku dapat merasakan setiap jengkal tanahnya. Mimpi yang liar ini selalu membawaku ke tepat yang berbeda. Malam ini aku berada di hutan pinus. Ya aku hafal bau pohon pinus. Aku sering diajak Rion berburu foto karena pekerjaan gilanya itu. Diatas pohon pinus tepat aku berdiri ada sepasang burung woodpecker yang sedang asyik mematuk pohon. Ada yang jatuh tepat dikepalaku.
“Aww”, pekikku.
Sebuah ranting kering, sementara waktu aku tertegun. Tiba tiba langit berubah mendung, disusul dengan rintik hujan. Aku pun segera berlari kesebuah pohon besar untuk berteduh. Samar samar aku mendengar sebuah suara aneh dari balik pohon tempatku berteduh. Ada ringik kecil di balik pohon itu. Aku memantapkan hati untuk melangkah ke balik pohon untuk melihatnya. Kakiku terasa sangat berat melangkah, tiba-tiba sekelilingku berubah menjadi pasir. Aku sedang ada di gurun. Ya tepatnya gurun pasir dengan pasir hisap.
“Ini gila”, pikirku
Pasir ini menghisap badanku, aku mati matian menahan badanku agar tak terhisap. Tapi sepertinya sia sia, aku hanya bisa menyumpah nyumpah dalam hati. Oh God…Aku kerahkan semua tenagaku tapi sia sia juga. Aku mulai kehabisan nafas, kepalaku sudah hampir tertutup pasir ini.
 Dan…aku bangun. Dari mimpi yang mengerikan ini. Aku tak paham mengapa mimpi ini selalu random membawaku ketempat yang berbeda beda. Seprti memberi petunjuk sebuah tempat. Apa hanya aku yang terlalu memikirkan banyak hal sebelum aku tidur? Entahlah aku sudah mulai muak dengan mimpi aneh ini. Aku mulai bisa menguasai tangan dan kakiku untuk bergerak, aku berjalan pelan menyusuri tangga, turun menuju dapur. Aku mengambil segelas air. Pikiranku sedikit jernih setelah meneguk air.
“Sudah tengah malam, ayah pasti sudah tidur” pikirku. Aku buka kamar ayah..
krekkk
masih ada cahaya lampu PC yang menyala.
“Ayah” sapaku pelan. Ayah sepertinya agak terlonjak kaget  dari kursinya dengan kedatanganku. “Ohh zya, ada apa malalm gini belum tidur” Tanya ayah
:Aku haus ayah, habis ambil minum di dapur, ayah sedang apa”, tanyaku
“Ohh ayah sedang ada proyek baru, ayah harus lembur sepertinya malam ini”, mata yah sudah sayu tapi sepertinya dia harus menyelesaikan pekerjaannya
“Mau zya buatkan kopi”, tanyaku asal
“Ehmm ya bolehkah zya, asal tak merepotkanmu”
“Tentu ga ayah, tunggu sebentar ya”, jawabku
Tak lama kemudian aku datang ke kamar ayah dengan secangkir kopi hangat
“Ini ayah” aku membuatkan ayah secangkir kopi caramel dengan sedikit moka , kesukaan ayah
:Trima kasih anankku”, jawab ayah lembut
”Ayah”, tanyaku ragu
“Ya..ada apa, sepertinya kamu ingin menyakan sesuatu”
“Sebenarya anu”, kataku terbata
Ya katakan saja” ayah sedikit penasaran sambil menggeser posisi duduknya
“Zya ingin tidur di kamar ayah , boleh? Zya sedang merasa agak ga enak badan”
“Tentu boleh, ambil selimut di lemari itu ya. Ayah masih ada banyak kerjaan, kamu tidur duluan aja”
“Ya ayah”
Dan malam ini pun berakhir…..